Temukan Hidayah Lewat Mimpi, Akhirnya Ahui Masuk Islam
MUHAMMAD Abdul, atau dahulu lebih dikenal dengan nama Ahui adalah salah satu pria beruntung yang mendapat hidayah dari Allah SWT. Pria kelahiran Pontianak tahun 1958 silam itu sebelumnya tidak pernah terbesit dalam dirinya untuk masuk Islam.
Sebelum masuk Islam, Ahui beranggapan bahwa kehidupan tidak lebih dari sekadar tidur, bangun, makan dan mencari uang sebanyak-banyaknya. Ia memang tak pernah peduli dengan agama apa pun.
Keadaan pun berubah saat ia mengalami mimpi aneh. Sekitar tahun 1997 ia bermimpi berada di dalam ruangan besar yang sedang menggelar pengajian. Awalnya ia mengabaikan, namun ternyata mimpi-mimpi yang berhubungan dengan islam datang berulang kali.
Kemudian tahun 1998 ia kembali bermimpi soal Islam. Ia merasa aneh lantaran mimpi serupa juga dialami sang istri. Saat itu dalam mimpinya, ia tengah hadir dalam sebuah pengajian, kemudian salah seorang memberinya hadiah Al-Quran, namun ketika keluar dari tempat pengajian tersebut, Al-Quran yang ia pegang jatuh dan terbelah dua.
Selama satu tahun dua bulan Ahui mengaku tidak bisa tidur sebelum adzan subuh berkumandang. Ia juga selalu mendengar bisikan-bisikan yang asing di telinganya. Akhirnya ia membulatkan tekad dan mengucapkan syahadat pada tahun 2001 di Masjid Lautze, Pasar Baru Jakarta.
Setelah menjadi muslim, Ahui yang masih penasaran dengan bisikan yang didengarnya. Ia menanyakan hal itu kepada ulama pembimbingnya. Pembimbing tersebut mengatakan bahwa itu adalah suara orang mengaji.
Sebelum masuk Islam, Ahui menuturkan, kehidupannya begitu terpuruk didera kemiskinan. Apalagi sepeninggal istrinya. Namun setelah ia menjadi muslim kehidupan Ahui berubah. Ia lebih bersemangat dan bangkit dari keterpurukan. Ia akhirnya menjadi seorang penjual mie ayam di depan Masjid Lautze, hingga kini.
“Islam memberi cahaya terang, membantu saya bangkit,” ungkapnya. Tak ada niatan sedikit pun baginya untuk mundur dari islam. Baginya hidupnya yang paling sempurna adalah berada dalam tuntunan agama Islam.
Sebelum masuk Islam, Ahui beranggapan bahwa kehidupan tidak lebih dari sekadar tidur, bangun, makan dan mencari uang sebanyak-banyaknya. Ia memang tak pernah peduli dengan agama apa pun.
Keadaan pun berubah saat ia mengalami mimpi aneh. Sekitar tahun 1997 ia bermimpi berada di dalam ruangan besar yang sedang menggelar pengajian. Awalnya ia mengabaikan, namun ternyata mimpi-mimpi yang berhubungan dengan islam datang berulang kali.
Kemudian tahun 1998 ia kembali bermimpi soal Islam. Ia merasa aneh lantaran mimpi serupa juga dialami sang istri. Saat itu dalam mimpinya, ia tengah hadir dalam sebuah pengajian, kemudian salah seorang memberinya hadiah Al-Quran, namun ketika keluar dari tempat pengajian tersebut, Al-Quran yang ia pegang jatuh dan terbelah dua.
Selama satu tahun dua bulan Ahui mengaku tidak bisa tidur sebelum adzan subuh berkumandang. Ia juga selalu mendengar bisikan-bisikan yang asing di telinganya. Akhirnya ia membulatkan tekad dan mengucapkan syahadat pada tahun 2001 di Masjid Lautze, Pasar Baru Jakarta.
Setelah menjadi muslim, Ahui yang masih penasaran dengan bisikan yang didengarnya. Ia menanyakan hal itu kepada ulama pembimbingnya. Pembimbing tersebut mengatakan bahwa itu adalah suara orang mengaji.
Sebelum masuk Islam, Ahui menuturkan, kehidupannya begitu terpuruk didera kemiskinan. Apalagi sepeninggal istrinya. Namun setelah ia menjadi muslim kehidupan Ahui berubah. Ia lebih bersemangat dan bangkit dari keterpurukan. Ia akhirnya menjadi seorang penjual mie ayam di depan Masjid Lautze, hingga kini.
“Islam memberi cahaya terang, membantu saya bangkit,” ungkapnya. Tak ada niatan sedikit pun baginya untuk mundur dari islam. Baginya hidupnya yang paling sempurna adalah berada dalam tuntunan agama Islam.