Tragis! Kota Ditutup, Mama Muda 5 Hari Terkatung-katung di Jalan hingga Tewas

Nasib Tragis dialami oleh Michelle Silvertino. Ibu berusia 33 tahun itu meninggal dunia di Manila setelah ditemukan dalam kondisi mengenaskan, meringkuk dalam kondisi sakit di bawah jembatan penyeberangan Kota Pasay.
Wanita yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga itu meninggal pada 5 Juni 2020 karena mengidap tuberculosis, dan kemungkinan Covid-19. Selama lima hari dia berada di jalanan, menunggu bus untuk pulang ke provinsi Bicol. Tapi sayang, karena Manila lockdown, tak ada kendaraan yang lewat.
Ibu empat anak ini meninggalkan rumah majikannya pada 1 Juni 2020. Dia yakin bisa pulang ke rumahnya dengan menggunakan bus umum. Namun sayang, saat tiba di terminal, dia tidak mendapati mesin bus yang menyala. Terminal itu ditutup.
Akhirnya, Michelle berjalan selama berjam-jam dengan barang bawaannya ke terminal di kota lain, Metro Manila. Tapi upayanya sia-sia. Tak ada mesin bus yang meraung. Tak ada asap kenalpot yang mengepul. Terminal itu juga tidak beroperasi.
Dia kemudian memutuskan menunggu di bawah jembatan penyeberangan di dekat halte bus. Namun tak ada satupun bus yang lewat.
Michelle diyakini sebagai orang pertama yang meninggal dunia karena kebijakan lockdown otoritas FIlipina yang dinilai membingungkan.

Pada 1 Juni, lockdown di Metro Manila diperlonggar untuk menggerakkan bisnis dan layanan penting. Ribuan orang juga diizinkan kembali bekerja saat pelonggaran itu. Tapi tak ada penjelasan bagaimana orang-orang bisa menuju ke kota itu.
Ketakutan terhadap virus corona di Manila yang padat dengan jalanan yang sibuk membuat otoritas setempat tetap melarang bus beroperasi. Otoritas transportasi melarang bus dan kendaraan umum lain beroperasi hingga 22 Juni mendatang.
" Pada titik ini kita masih tidak bisa membiarkan semua moda transportasi berada di jalan, ini akan menggagalkan tujuan karantina," kata juru bicara kepresidenan, Harry Roque, dikutip dari scmp.com, Sabtu 13 Juni 2020.
" Mustahil melakukan physical distancing apabila penumpang saling berhadapan di kendaraan umum," tambah dia.
Pembatasan ini membuat para pelaju yang tidak punya kendaraan pribadi hanya punya sedikit pilihan. Merka bisa menggunakan kereta metro, tapi tak punya cara untuk mencapai stasiun. Sudah begitu mereka harus antre berjam-jam kalaupun sampai stasiun.
Mereka sebenarnya bisa menggunakan bus ekspres maupun mobil sewa online, namun jumlahnya sangat terbatas. Sehingga pada hari kerja, riungan para pelaju selalu terlihat di pinggir jalan. Tak ada social distancing.